Air adalah materi(benda) yang jika ia bergerak dan terus mengalir, maka ia menjadi air yang sangat bermanfaat dan segar. Sedangkan jika ia ditempatkan dalam suatu wadah, dibendung dan tidak bergerak, maka lama-kelamaan air tersebut akan menjadi air yang tidak sehat dan berbau (busuk). Manusia pun bagaikan air yang memiliki dua pilihan dalam hidup, yakni diam atau bergerak. Diam tanpa melakukan aktivitas apapun dan menjadi manusia yang tidak berdaya guna. Atau bergerak, dan memperbanyak manfaat diri untuk yang lain. Pilihan bergerak ini pun selanjutnya memiliki dua opsi, apakah bergerak di jalan benar yang diridhoi oleh Allah ataukah bergerak di jalan yang sesat. Semua itu adalah pilihan yang harus kita ambil dan jalani. Dan sesungguhnya, memilih untuk diam akan membawa manusia ke kebinasaan. Sedangkan memilih untuk bergerak, dan jalan yang ditempuh adalah jalan yang tidak diridhoi Allah, maka pilihan ini pun memiliki resiko yang sama. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
ﻭﺍﻥﺗﺘﻮﻟﻮﺍﻳﺴﺘﺒﺪﻝﻗﻮﻣﺎﻏﻴﺮﻛﻢﺛﻢﻻﻳﻜﻮﻧﻮﺍﺃﻣﺜﺎﻟﻜﻢ ….
”....Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu ”(Muhammad: 38)
Sekarang ini umat manusia tengah dilanda berbagai kerusakan dan berada dalam kondisi yang kacau. Kondisi sekarang ini sama dengan kondisi umat manusia pada zaman Rasulullah SAW. Akan tetapi, bedanya adalah di zaman ini sudah tidak ada lagi Rasul yang akan mengemban tugas untuk memperbaiki umat manusia. Jadi, menjadi tugas kitalah sebagai penyambung lidah para anbiya’. Tugas ini bukanlah tugas yang ringan, sehingga tidak semua orang dapat menjalaninya. Dan jika sudah tidak ada lagi manusia yang mampu mengemban tugas ini, maka ketika kerusakan sudah merajalela dan tidak ada lagi kebaikan itulah akhir dari dunia (kiamat). Pada saat itu, umat manusia yang tersisa berasal dari dua golongan. Golongan pertama yakni golongan yang mendustai Islam dan senantiasa berbuat kerusakan. Sedangkan, golongan kedua adalah mereka yang ragu-ragu dalam menjalani keIslamannya.
Beberapa tanda kerusakan yang terjadi adalah:
- Kerusakan dalam bidang hukum dan politik
Kerusakan ini dikarenakan manusia telah jauh meninggalkan Al-Qur’an dan berhukum tidak dengan Al-Qur’an, melainkan dari hukum yang dibuat manusia. Bahkan, manusia pun telah berani membuat kitab tandingan Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
ﻮﺇﻧﻬﻢﻟﻴﺼﺪﻭﻧﻬﻢﻋﻦﺍﻟﺴﺒﻴﻞﻭﻳﺤﺴﺒﻮﻥﺃﻧﻬﻢﻣﺤﺘﺪﻭﻥ()ﻭﻣﻦﻳﻌﺶﻋﻦﺫﻛﺮﺍﻟﺮﺣﻤﻦﻧﻘﻴﺾﻟﻪﺷﻴﻄﻨﺎﻓﻬﻮﻟﻪﻗﺮﻳﻦ
“Dan barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan menyesatkannya dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”. (Az-Zukhruf: 36-37).
Adanya paham sekuler pun menjadi pemicu kerusakan dalam bidang pemerintahan. Salah satu contohnya adalah Mesir. Negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, tapi sistem pemerintahannya menganut sistem pemerintahan Barat yang notabene jauh dari nilai keislaman. Kasus terparah berasal dari Turki. Setelah runtuhnya Daulah Turki Utsmany, dengan mengatasnamakan demokrasi sekulerisme menancap kuat dalam sistem pemerintahannya. Salah satu bentuknya adalah dengan pelarangan membawa simbol-simbol keagamaan (mis. jilbab) dalam bidang pemerintahan.
- Kerusakan dalam bidang sosial
Dalam bidang sosial, kerusakan yang paling terasa dampaknya adalah akibat dari terlalu mengagung-agungkan manusia. Banyak kita dapati para penganut humanisme (faham yang mengagungkan manusia) yang dengan mengatasnamakan hak asasi manusia berbuat sekehendak hatinya tanpa memperhatikan norma-norma, khususnya norma agama. Atas nama hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi akhirnya pornografi dan pornoaksi yang berbalut seni menjadi masalah yang terus melanda negeri ini. Sebagai wujud emansipasi wanita, kaum perempuan yang selayaknya menjaga kehormatannya malah menjadi garda terdepan pembela budak syahwat. Mereka tidak pernah menyadari bahwa mereka tengah dieksploitasi dan direndahkan. Jika sudah demikian, sangat sulit untuk mengharapkan akan lahirnya generasi yang berkualitas dari mereka yang tidak pernah mau menghormati dirinya sendiri.
Semua itu tak pernah lepas dari rekayasa orang-orang yang memang tidak pernah menginginkan kebaikan di dunia. Untuk menghancurkan musuh mereka (Islam red.), mereka merancang suatu pemikiran yang bahkan mereka pun sangat anti dengan pemikiran tersebut. Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (SEPILIS) adalah salah satu bentuk pengaburan terhadap agama (Islam red.), sehingga akan menimbulkan keragu-raguan bagi mereka yang pengetahuan agamanya lemah. Hal ini pun didukung dengan kurangnya pendidikan agama sejak dini. Bahkan, lahirnya berbagai aliran menyimpang yang menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah bagian dari konspirasi mereka.
Di bidang Ekonomi, mereka membentuk bank yang menerapkan sistem bunga yang sangat merugikan dan tidak sesuai dengan hukum Islam. Mereka memonopoli perdagangan dan mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan pribadi.
Mereka juga merusak bahasa, khususnya bahasa Arab dengan menciptakan bahasa Arab ’ammiyah dengan tujuan untuk merusak bahasa Arab fusha (bahasa arab Al-Qur’an). Jadi, secara tidak langsung untuk merusak Al-Qur’an dan hadits agar umat Islam meragukannya dan jauh dari keduanya. Selain itu, mereka juga berusaha merusak sejarah dengan meragukan sahabat, bahkan para nabi.
Melalui pendidikan mereka mengembangkan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan, akan tetapi pada dasarnya menyesatkan. Salah satunya adalah nasionalisme. Nasionalisme yang mereka ajarkan adalah nasionalisme sempit yang terbatas pada teritorial, bangsa, ras dll. Hal ini kemudian memunculkan adanya Islam Arab, Islam Mesir, Islam Eropa, Islam Indonesia dll. Padahal dalam Islam, nasionalisme tidak terbatas pada teritori, ras, suku, bahasa dll. Dalam Islam, di mana asma Allah diagungkan dan di mana terdapat muslim yang tinggal maka daerah itu adalah wilayah Islam. Persaudaraan dalam Islam tidak terbatas oleh kesamaan warna kulit, negara dan bahasa. Akan tetapi, setiap yang meyakini bahwa Allah itu Esa dan Muhammad adalah Rasul-Nya, maka dia adalah saudara dan wajib untuk dibela. Dengan paham nasionalisme ini, musuh-musuh Islam tersebut telah mampu memecah-belah umat Islam.
Wahai orang yang berfikir tentang ketentraman dan kedamaian bumi ini....
Pahamilah masalah ini dengan cermat...
Kembalilah kepada Islam...
Ya Allah, saksikanlah...
Sesungguhnya aku telah menyampaikan... (Hasan Al-Banna)
Maraji’:
Ancaman Global Freemasonry oleh Harun Yahya, Dzikra
Knight Templar oleh Rizky Ridyasmara, Pustaka Al-Kautsar
Mencari Format Gerakan Dakwah Ideal oleh Dr. Shadiq Amin, Fitrah Rabbani
Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin oleh Hasan Al-Banna, Era Intermedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar