Oktober 22, 2010

Salamatush Shadr (LAPANG DADA)


               Kata al-shafh dalam berbagai bentuk terulang sebanyak delapan kali dalam  Al-Quran. Kata ini pada mulanya berarti lapang. Halaman pada sebuah buku dinamai shafhat karena kelapangan dan keluasannya. Dari sini, al-shafh dapat diartikan kelapangan dada. Berjabat tangan dinamai mushafahat karena melakukannya menjadi perlambang kelapangan dada. Dari delapan kali bentuk al-shafh yang dikemukakan, empat di antaranya didahului oleh perintah memberi maaf.
          Apabila kamu memaafkan,dan melapangkan dada serta melindungi, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (at-Thaghabun: 14).
          Hendaklah mereka memaafkan dan melapangkan dada! Apakah kamu tidak ingin diampuni oleh Allah? (an-Nur: 22) .
          Maafkanlah mereka dan lapangkan dada. Sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (terhadap yang melakukan kesalahan kepadanya) (al-Maidah: l3).
          Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, Karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (al-Baqarah:109).
               Ulama-ulama Al-Quran seperti Ar-Raghib Al-Isfahani  menyatakan bahwa  al-shafh lebih tinggi kedudukannya dari al-'afw (maaf). Pernyataan ini dapat dipahami dengan sebuah analogi. Seperti dikemukakan terdahulu dari kata  al-shafh lahirlah shafhat yang berarti halaman.  Jika kita memiliki selembar kertas yang ditulisi suatu kesalahan dan kesalahan itu ditulis dengan pensil, maka kita akan menngunakan penghapus karet untuk menghapusnya. Demikianlah halnya ketika Anda melakukan 'afw (memberi maaf).  Seandainya kesalahan itu ditulis dengan tinta, tentu kita akan menghapusnya dengan tip-ex agar tidak terlihat lagi. Akan tetapi, walaupun kita telah berusaha menghapus kesalahan tersebut, tentunya lembaran tersebut tidak lagi sama sepenuhnya dengan lembaran baru bahkan lembaran itu mungkin menjadi lebih lusuh dari sebelumnya. Di sinilah letak perbedaan antara al-shafh yang mengandung arti lapang dan lembaran baru dengan takfir. Al-Shafh menuntut seseorang untuk membuka lembaran baru sehingga sedikit pun hubungan tidak ternodai, tidak kusut, dan tidak seperti lembaran yang telah dihapus kesalahannya. Mushafahat (jabat tangan) adalah lambang kesediaan seseorang untuk membuka lembaran baru, dan tidak mengingat atau menggunakan lagi lembaran lama. Sebab, walaupun kesalahan telah dihapus, terkadang masih saja ada kekusutan masalah.  
               Perintah memaafkan tetap diperlukan, karena tidak mungkin membuka lembaran baru dengan membiarkan lembar yang telah ada  kesalahannya  tanpa  terhapus.  Itu sebabnya ayat-ayat yang memerintahkan al-shafh tetapi tidak didahului oleh perintah memberi maaf, dirangkaikan dengan jamil yang berarti indah. Selain itu, al-shafh juga dirangkaikan dengan perintah menyatakan kedamaian dan keselamatan bagi semua pihak.
          Berlapang dadalah terhadap mereka dengan cara yang baik (al-Hijr:85)
          Berlapang dadalah terhadap mereka dengan mengatakan salam/kedamaian (az-Zukhruf:84).
Lapang dada dalam Amal Jama’i
               Salamatush shadr adalah kita dapat berlapang dada menerima kesalahan maupun suatu hal yang tidak kita setujui. Oleh karena itu, sikap ini saat diperlukan dalam aktivitas beramal jama’i karena tidak menutup kemungkinan adanya keputusan yang tidak kita sukai tapi merupakan keputusan bersama (jama’ah). Akan tetapi, dalam hal ini tidak cukup sampai dengan berlapang dada dalam menerima keputusan. Kita juga harus bisa berlapang dada dalam menjalankan keputusan tersebut demi terlaksananya kerja-kerja jama’ah dan tercapainya tujuan bersama.
               Jika salamatush shadr memiliki tingkatan lebih tinggi dari memaafkan, maka setelahnya masih ada tingkatan yang lebih tinggi lagi yakni “Itsar”. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya dalam segala sesuatu yang ia cintai.

Wahai orang yang berfikir tentang ketentraman dan kedamaian bumi ini....
Pahamilah masalah ini dengan cermat...
Kembalilah kepada Islam...
Ya Allah, saksikanlah...
Sesungguhnya aku telah menyampaikan... (Hasan Al-Banna)

Maraji’
Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Qur’an.
Catatan pribadi

Mencari Format Gerakan Dakwah Ideal “Kerusakan dan Penderitaan Umat Manusia Saat Ini”


Air adalah materi(benda) yang jika ia bergerak dan terus mengalir, maka ia menjadi air yang sangat bermanfaat dan segar. Sedangkan jika ia ditempatkan dalam suatu wadah, dibendung dan tidak bergerak, maka lama-kelamaan air tersebut akan menjadi air yang tidak sehat dan berbau (busuk). Manusia pun bagaikan air yang memiliki dua pilihan dalam hidup, yakni diam atau bergerak. Diam tanpa melakukan aktivitas apapun dan menjadi manusia yang tidak berdaya guna. Atau bergerak, dan memperbanyak manfaat diri untuk yang lain. Pilihan bergerak ini pun selanjutnya memiliki dua opsi, apakah bergerak di jalan benar yang diridhoi oleh Allah ataukah bergerak di jalan yang sesat. Semua itu adalah pilihan yang harus kita ambil dan jalani. Dan sesungguhnya, memilih untuk diam akan membawa manusia ke kebinasaan. Sedangkan memilih untuk bergerak, dan jalan yang ditempuh adalah jalan yang tidak diridhoi Allah, maka pilihan ini pun memiliki resiko yang sama. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
ﻭﺍﻥﺗﺘﻮﻟﻮﺍﻳﺴﺘﺒﺪﻝﻗﻮﻣﺎﻏﻴﺮﻛﻢﺛﻢﻻﻳﻜﻮﻧﻮﺍﺃﻣﺜﺎﻟﻜﻢ ….
”....Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu ”(Muhammad: 38)

Sekarang ini umat manusia tengah dilanda berbagai kerusakan dan berada dalam kondisi yang kacau. Kondisi sekarang ini sama dengan kondisi umat manusia pada zaman Rasulullah SAW. Akan tetapi, bedanya adalah di zaman ini sudah tidak ada lagi Rasul yang akan mengemban tugas untuk memperbaiki umat manusia. Jadi, menjadi tugas kitalah sebagai penyambung lidah para anbiya’. Tugas ini bukanlah tugas yang ringan, sehingga tidak semua orang dapat menjalaninya. Dan jika sudah tidak ada lagi manusia yang mampu mengemban tugas ini, maka ketika kerusakan sudah merajalela dan tidak ada lagi kebaikan itulah akhir dari dunia (kiamat). Pada saat itu, umat manusia yang tersisa berasal dari dua golongan. Golongan pertama yakni golongan yang mendustai Islam dan senantiasa berbuat kerusakan. Sedangkan, golongan kedua adalah mereka yang ragu-ragu dalam menjalani keIslamannya.
Beberapa tanda kerusakan yang terjadi adalah:
  1. Kerusakan dalam bidang hukum dan politik
Kerusakan ini dikarenakan manusia telah jauh meninggalkan Al-Qur’an dan berhukum tidak dengan Al-Qur’an, melainkan dari hukum yang dibuat manusia. Bahkan, manusia pun telah berani membuat kitab tandingan Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:  
                                                     ﻮﺇﻧﻬﻢﻟﻴﺼﺪﻭﻧﻬﻢﻋﻦﺍﻟﺴﺒﻴﻞﻭﻳﺤﺴﺒﻮﻥﺃﻧﻬﻢﻣﺤﺘﺪﻭﻥ()ﻭﻣﻦﻳﻌﺶﻋﻦﺫﻛﺮﺍﻟﺮﺣﻤﻦﻧﻘﻴﺾﻟﻪﺷﻴﻄﻨﺎﻓﻬﻮﻟﻪﻗﺮﻳﻦ
“Dan barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), Kami biarkan setan menyesatkannya dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”. (Az-Zukhruf: 36-37).

Adanya paham sekuler pun menjadi pemicu kerusakan dalam bidang pemerintahan. Salah satu contohnya adalah Mesir. Negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, tapi sistem pemerintahannya menganut sistem pemerintahan Barat yang notabene jauh dari nilai keislaman. Kasus terparah berasal dari Turki. Setelah runtuhnya Daulah Turki Utsmany, dengan mengatasnamakan demokrasi sekulerisme menancap kuat dalam sistem pemerintahannya. Salah satu bentuknya adalah dengan pelarangan membawa simbol-simbol keagamaan (mis. jilbab) dalam bidang pemerintahan.
  1. Kerusakan dalam bidang sosial
Dalam bidang sosial, kerusakan yang paling terasa dampaknya adalah akibat dari terlalu mengagung-agungkan manusia. Banyak kita dapati para penganut humanisme (faham yang mengagungkan manusia) yang dengan mengatasnamakan hak asasi manusia berbuat sekehendak hatinya tanpa memperhatikan norma-norma, khususnya norma agama. Atas nama hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi akhirnya pornografi dan pornoaksi yang berbalut seni menjadi masalah yang terus melanda negeri ini. Sebagai wujud emansipasi wanita, kaum perempuan yang selayaknya menjaga kehormatannya malah menjadi garda terdepan pembela budak syahwat. Mereka tidak pernah menyadari bahwa mereka tengah dieksploitasi dan direndahkan. Jika sudah demikian, sangat sulit untuk mengharapkan akan lahirnya generasi yang berkualitas dari mereka yang tidak pernah mau menghormati dirinya sendiri.
Semua itu tak pernah lepas dari rekayasa orang-orang yang memang tidak pernah menginginkan kebaikan di dunia. Untuk menghancurkan musuh mereka (Islam red.), mereka merancang suatu pemikiran yang bahkan mereka pun sangat anti dengan pemikiran tersebut. Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (SEPILIS) adalah salah satu bentuk pengaburan terhadap agama (Islam red.), sehingga akan menimbulkan keragu-raguan bagi mereka yang pengetahuan agamanya lemah. Hal ini pun didukung dengan kurangnya pendidikan agama sejak dini. Bahkan, lahirnya berbagai aliran menyimpang yang menjauhkan umat Islam dari agamanya adalah bagian dari konspirasi mereka.
  Di bidang Ekonomi, mereka membentuk bank yang menerapkan sistem bunga yang sangat merugikan dan tidak sesuai dengan hukum Islam. Mereka memonopoli perdagangan dan  mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan pribadi.
Mereka juga merusak bahasa, khususnya bahasa Arab dengan menciptakan bahasa Arab ’ammiyah dengan tujuan untuk merusak bahasa Arab fusha (bahasa arab Al-Qur’an). Jadi, secara tidak langsung untuk merusak Al-Qur’an dan hadits agar umat Islam meragukannya dan jauh dari keduanya. Selain itu, mereka juga berusaha merusak sejarah dengan meragukan sahabat, bahkan para nabi.
Melalui pendidikan mereka mengembangkan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan, akan tetapi pada dasarnya menyesatkan. Salah satunya adalah nasionalisme. Nasionalisme yang mereka ajarkan adalah nasionalisme sempit yang terbatas pada teritorial, bangsa, ras dll. Hal ini kemudian memunculkan adanya Islam Arab, Islam Mesir, Islam Eropa, Islam Indonesia dll. Padahal dalam Islam, nasionalisme tidak terbatas pada teritori, ras, suku, bahasa dll. Dalam Islam, di mana asma Allah diagungkan dan di mana terdapat muslim yang tinggal maka daerah itu adalah wilayah Islam. Persaudaraan dalam Islam tidak terbatas oleh kesamaan warna kulit, negara dan bahasa. Akan tetapi, setiap yang meyakini bahwa Allah itu Esa dan Muhammad adalah Rasul-Nya, maka dia adalah saudara dan wajib untuk dibela. Dengan paham nasionalisme ini, musuh-musuh Islam tersebut telah mampu memecah-belah umat Islam.
Wahai orang yang berfikir tentang ketentraman dan kedamaian bumi ini....
Pahamilah masalah ini dengan cermat...
Kembalilah kepada Islam...
Ya Allah, saksikanlah...
Sesungguhnya aku telah menyampaikan... (Hasan Al-Banna)

Maraji’:
Ancaman Global Freemasonry oleh Harun Yahya, Dzikra
Knight Templar oleh Rizky Ridyasmara, Pustaka Al-Kautsar
Mencari Format Gerakan Dakwah Ideal oleh Dr. Shadiq Amin, Fitrah Rabbani
Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin oleh Hasan Al-Banna, Era Intermedia

Eksistensi Tauhid dalam Kehidupan

Tauhid secara bahasa adalah menjadikan sesuatu itu satu.....

Tauhidullah adalah mentauhidkan Allah dalam Rububiyah, Uluhiyah dan Asma' wa sifat.
(Untuk lebih jelasnya silahkan cek Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah)

Antara tauhid Rububiyah dan tauhid Uluhiyah memiliki kaitan yang erat. Tauhid Uluhiyah merupakan konsekuensi dari tauhid Rububiyah. Sedangkan, tauhid Uluhiyah yang benar memiliki syarat yakni pemahaman akan ibadah.
Menurut Ibnu Taimiyyah, ibadah adalah setiap perbuatan yang dicintai oleh Allah yang terlihat atau pun tidak baik berupa perbuatan, perkataan dan apa yang ada di hati.

Adapun tauhid Asma' wa sifat adalah tidak menyerupakan, mengganti, mentakwilkan nama dan sifat Allah dengan sesuatu yang lain tanpa adanya dalil yang jelas. Dalam Al-Qur'an Allah berfirman;
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ............
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia yang Maha Mendengar, Maha Melihat" (QS. Asy-Syuura: 11).

Jadi, ikhwahfillah...sekali melakukan penyimpangan dalam tauhid ini, maka tertolaklah atau sia-sialah semua amalan ibadah kita.

Sering kita temui dan mungkin pernah kita lakukan, bersumpah atas nama selain Allah. Maka....mari kita bersama-sama renungkan:
Bersumpah demi Allah tapi berbohong, maka hal itu adalah sebuah dosa besar (kita berdosa karena berbohong dan bersumpah palsu), sedangkan bersumpah demi "sesuatu" (selain Allah red.) tapi jujur, maka itu adalah musyrik.
Marilah kita belajar dari nabi Ibrahim Khaliilullah yang tetap teguh memegang ketauhidannya kepada Allah walaupun ia harus memusuhi orang tuanya sendiri, walaupun ia kemudian dimusuhi kaumnya dan bahkan dibakar dalam api yang menyala-nyala dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiyaa: 58-70.

Lalu, apa imbas ketauhidan itu sendiri bagi diri kita dan lainnya??

Saat kita menegakkan tauhid itu pada pribadi-pribadi kita, maka akan menjadikan tegaknya masyarakat yang bertauhid. Lalu, jika sudah demikian maka akan lahir masyarakat yang merdeka seperti halnya negara Madinah pada zaman Rasulullah....
Beberapa pengaruh tauhid dalam kehidupan kita:
  • merdeka secara hakiki : pada saat suatu masyarakat memiliki keyakinan yang kuat atau prinsip, maka ia tak akan mengekor apa yang dilakukan orang atau kelompok lain. Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Anfal: 60-64.

  • datangnya keamanan :
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS. Al-An'am 82).

Pada saat ayat ini turun, timbul keresahan di kalangan sahabat. Karena kedzaliman terdapat di semua hal, ada kedzaliman kepada Allah, diri sendiri (dengan maksiat), orang lain, dll. Sehingga jika Allah memberikan pujian kepada kaum mu’minin yang tidak pernah dzalim, maka hal ini sangat berat dirasakan oleh para sahabat. Kemudian sahabat bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, siapa orang yang tidak pernah berbuat dzalim ?," beliau menjawab, "Sesungguhnya makna dzalim disini tidak seperti yang kalian kira, akan tetapi yang dimaksud adalah kesyirikan."

Dalam surat Luqman pun disebutkan nasihat Luqman kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah engkau berbuat syirk kepada Allah, karena kesyirikan merupakan kedzaliman yang sangat besar.”

Sehingga makna ayat di atas yaitu kaum mu’minin yang tidak menodai keimanan mereka dengan kesyirikan maka mereka akan mendapatkan keamanan dan petunjuk. Terdapat dua macam keamanan:
Keamanan secara mutlak = bagi orang yang sempurna keimanannya tidak akan disiksa sama sekali.
Keamanan secara umum = bagi orang yang menodai keimanannya dengan perbuatan maksiat, maka dia terdapat kemungkinan untuk disiksa terlebih dahulu.
Seperti halnya penduduk Makkah yang merasa tidak aman atas penyerangan pasukan Abrahah, hingga akhirnya Allah mengirim burung-burung untuk menghabisi bala tentara tersebut. kisah ini diabadikan dengan indahnya dalam Al-Qur'an Surat Al-Fiil. Pada akhirnya Makkah menjadi kota yang aman dengan penduduk yang aman dan tentram setelah Rasulullah diutus membawa risalah Islam kepada mereka (suku Quraisy red.)

  • adanya keberkahan dari Allah :
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. di antara mereka ada golongan yang pertengahan. dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka" (QS. Al-Maidah 66).

pada saat kita menjalankan tauhid kepada Allah, maka Allah tidak akan pernah mengingkari janjiNya.  Jadi, di sini tauhid adalah prioritas, tak bisa ditawar!!!!

  • melahirkan masyarakat berakhlak mulia: kembali mari kita mengingat hadits Rasulullah SAW
"tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari-Muslim)
  • pada saat individu menjalankan tauhid, maka akan melahirkan ta'liful qulub (keterikatan hati) antara mereka : masyarakat muslim ibarat bangunan yang kokoh yang terikat oleh tauhid. Dalam Al-Qur'an Surat Al-Anfal Allah berfirman:
"dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana" (Al-Anfal: 63).
  • ummat terbaik : manusia diperbaiki dengan sistem. Bagaimana manusia akan bisa diperbaiki jika ia tidak siap dengan sistem tersebut. Nah, apakah sistem yang dimaksud??? Tidak lain dan tidak bukan adalah Al-Qur'an.
Jadi...ikhwahfillah, sudahkah kita menyiapkan diri untuk menjadi pribadi yang siap masuk dalam sistem tersebut??? sebuah sistem yang telah terbukti dan teruji di zaman terbaik yang pernah ada....

wallahu 'alam bis shawab
(Kajian Rutin Kamis Sore HIMMPAS UGM edisi 3 Desember 2009)

Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah

Tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah sang Khalik, adalah Tuhan yang patut untuk disembah.
Benarnya seseorang dalam tauhid rububiyah (mengimani Allah) tidak menjamin ia menjadi seorang muslim.
Seperti halnya iblis yang mengimani Allah tapi menjadi makhluk yang dikutuk karena tidak mau bersujud pada Adam a.s.
Kuatnya tauhid Rububiyah akan melahirkan tauhid Uluhiyah.

Tauhid Uluhiyah adalah memurnikan ibadah hanya untuk Allah SWT. Tauhid inilah yang paling banyak penyimpangan.
Mengapa demikian??? Karena memurnikan ibadah itu susah jika tidak memahami makna ibadah tersebut.
ibadah... "adalah suatu ungkapan yang mengandung setiap perkataan dan perbuatan yang terlihat ataupun tidak yang dicintai dan diridhai Allah"
Jadi, ibadah mengandung 3 unsur yakni perbuatan, perkataan dan perasaan. Saat ke-3 unsur tersebut dilandasi bukan untuk dan karena Allah, maka itulah yang dinamakan kemusyrikan. Padahal, Allah menginginkan kemurnian ibadah kepadaNya 100%.

Beberapa kiat untuk menggapai tauhid Uluhiyah:
1. harus memahami dan memiliki ilmu tentang ibadah
Ibadah tanpa ilmu akan melahirkan 2 keburukan yang saling berkebalikan, yaitu berlebih-lebihan dalam ibadah dan meremehkan ibadah.
2. bersegera merealisasikan ibadah
Marilah mencontoh Abu Bakar Ash-Shidiq ra. yang senantiasa bersegera melakukan kebaikan, dan hal ini haruslah dilakukan oleh seorang muslim karena meyakini bahwa hidup adalah untuk beribadah.
3. istiqamah dalam ibadah
"ibadah yang baik adalah ibadah yang berkesinambungan walaupun sedikit"
4. meragamkan ibadah
Menjalankan variasi ibadah untuk mengoptimalkan potensi.....
Keragaman ibadah dapat menjauhkan kita dari rasa jumud.

Wallahu 'alam bi shawab....

(Kajian Rutin Kamis Sore HIMMPAS UGM edisi 22 Oktober 2009)

Bukan Untuk Sembarang Hati



ada beberapa alasan saya menyukai sebuah lagu
- lirik : lirik sebuah lagu menjadi faktor penentu saya menyukai sebuah lagu. terlebih jika lirik lagu itu menggunakan kata-kata yang dapat membangkitkan kreativitas kita. tata bahasa yang indah, sederhana (njelimet juga boleh sih), nyastra juga menjadikan kita lebih dapat menikmatinya bukan??
- musik : yup....musik adalah penting buat saya. musik yang mudah diterima sekali lagi yang dapat membangkitkan kreativitas berfikir (deuh...gimana ya mengungkapkannya...)>> sederhananya tak sebatas genjrang-genjreng!!! :)
- kualitas vokal : hahaha.....penting banget lho!! sekalipun itu lagu bagus (musik dan lirik red.) tapi klo g sesuai sama kualitas vokal si penyanyi....susah deh membangkitkan daya kreativitas... :p
- makna : ini yang terpenting kawan...jangan menyukai sebuah lagu hanya karena penyanyinya atau bahkan karena lagu itu sedang nge-top (menurut saya itu menunjukkan kita itu hanya ikut-ikutan :( ). sebaiknya pilihlah lagu yang memiliki makna kemanfaatan, semisal mengandung pengajaran tentang cinta (cinta di sini tidak melulu tentang "cinta" yang selama ini difahami secara umum), persahabatan, pengorbanan, pengabdian dan bahkan perjuangan.
- sejarah: yup, satu lagi faktor penentu buat saya dalam memasukkan sebuah lagu ke daftar list "my fave" (itu nama folder koleksi lagu di "si poteq" my lappy). dengan kita mengetahui sejarah (alasan dan proses red.) sebuah lagu, kita dapat lebih memahami apa yang ingin disampaikan sang pencipta (bahkan mungkin penyanyinya) via lagu tersebut.

Nah...itulah kenapa saya jarang menyukai lagu-lagu Indonesia sekarang ini (maaf), bukan karena tidak menghargai kreativitas anak bangsa hanya menurut saya seringkali lagu-lagu yang dihasilkan tak lebih hanya untuk komersialitas belaka. Okelah, sah-sah saja sih sebenarnya, tapi kalaupun memang tujuannya demikian kenapa tidak sedikit berfikir untuk membuat sebuah lagu yang sedikit berbobot (misalnya tentang ajakan untuk berbuat lebih baik, bahasa kerennya 'amar ma'ruf nahi munkar).
Saya seringkali miris setiap kali mendengar lagu-lagu yang tak lebih hanya berisi kecengengan belaka. Bukankah itu tak baik untuk perkembangan generasi muda kita mengingat para konsumennya adalah kaum abege yang notabene masih mencari jati diri dan belum memiliki pegangan/prinsip. Padahal kita tahu dan saya yakin anda sepakat dengan saya bahwa lagu juga dapat mempengaruhi emosi dan pribadi seseorang.
Jadi, bayangkan jika generasi muda kita yang lebih banyak terpapar (cie.....maaf memakai bahasa yang aneh) lagu-lagu sejenis itu, maka jangan heran jika kemudian mereka menjadi lebih senang untuk menjadi pemimpi dan pengeluh. Menjadi pemimpi sih bagus tapi harus juga ada tekad kuat untuk mewujudkan mimpi itu. Jikalau yang ada hanya semangat kecengengan tanpa makna serta tanpa himbauan dan pengajaran tentang perjuangan, maka menurut saya itu "non-sense".
yah, saya mengeluhkan ini bukan karena saya merasa lebih dari mereka (para artis >> bukan aktris lho!!) tapi karena saya merasa kehilangan. Bukankah sebuah karya seni adalah juga produk budaya?? Saya berharap kita masih tetap memiliki budaya ke-timur-an kita tanpa harus bergantung dan ikut-ikutan sok kebarat-baratan. Jika kita mau kritis bukankah ini bagian dari GHAZWUL FIKRI???

Ups, hehehe.....
Oke, untuk lagu ini saya suka karena musik, lirik dan sejarahnya. Si penyanyi juga lumayan. Saya suka bagian musik dengan biolanya >> indah.
Yah, mungkin kurang begitu setuju dengan liriknya sih (bukankah yang utama harus kita cintai itu Allah??) tapi saya rasa pengungkapannya sudah lebih baik. Saya dapat merasakan cintanya untuk sang bunda. Hiks..hiks...jadi kangen my mum...
Oke guys....enjoy it!!

Oktober 18, 2010

Forum Keluarga HIMMPAS 2010

Click to play this Smilebox slideshow
Create your own slideshow - Powered by Smilebox
This picture slideshow made with Smilebox

mencoba berkreasi dengan kumpulan file-file foto kegiatan...hem, need ur comment ^^d
sebenarnya urutan foto ini terbalik....(hehe....males ngeditnya lagi)
pokoknya ini yang pertama dan insyaAllah jika ada waktu saya masih ingin mengunggah beberapa hasil kreasi saya yang lainnya....
enjoy ur visiting.... ^____^